Bagi sebagian orang, black hat SEO menjadi cara paling instan untuk meningkatkan hasil pencarian sebuah website. Tapi sesuai dengan namanya, cara ini dianggap sebagai cara yang ilegal bagi sebagian orang yang lain. Walaupun sebenarnya tidak ada hukuman yang jelas jika ada pengguna internet yang melanggar aturan.
Dalam dunia SEO sendiri ada 3 jenis teknik yang biasanya digunakan untuk optimasi, yaitu black hat SEO, white hat SEO, dan grey hat SEO.
White hat SEO dan grey hat adalah cara yang dianggap normal dan sehat untuk mengoptimasi sebuah konten dengan memaksimalkan kepuasan tiap pengunjung. Sedangkan black hat adalah cara yang dilakukan dengan meng-exploit semua celah algoritma agar konten bisa tampil di halaman pertama.
Untuk lebih lengkapnya mengenai black hat SEO, mari kita pelajari bersama dalam artikel berikut ini.
Umumnya, istilah black hat SEO digunakan untuk praktek atau cara-cara optimasi mesin pencarian yang ilegal atau tidak dibenarkan oleh kebanyakan pengguna internet. Hal ini dianggap ilegal karena membuat pengunjung dari website tersebut tidak bisa menikmati atau bahkan mencerna apa maksud kontennya.
Beberapa dari Anda mungkin ada yang pernah melihat situs di Google yang isinya tidak jelas, tulisannya tidak bisa dibaca secara natural, atau bahkan kontennya hanya berupa foto yang tidak berhubungan dengan judul.
Situs seperti itu pastinya membuat pengalaman menggunakan internet jadi terganggu, buang-buang waktu, bahkan kadang membuat HP atau laptop jadi lemot karena banyaknya iklan yang tampil. Tapi, kenapa situs-situs tersebut bisa tampil di laman pencarian Google?
Algoritma Google memang hanya akan memposisikan konten yang berkualitas dan membantu untuk pengunjung nya di halaman pertama pencarian. Namun algoritma ini juga masih punya celah atau flaws.
Celah-celah inilah yang kemudian disalahgunakan, dieksploitasi, dan dimanfaatkan oleh pemilik situs dengan cara yang dianggap tidak benar. Sederhananya, itulah yang disebut sebagai black hat SEO.
Dengan mengeksploitasi celah dari algoritma ini, situs mereka bisa naik dan tampil di halaman pertama Google. Tapi, situs tersebut tetap bisa menghasilkan uang dari iklan yang tampil tiap kali ada orang yang berkunjung.
Meskipun sama-sama bertujuan untuk mendapatkan profit dari situs, baik dalam bentuk penjualan produk bisnis ataupun lewat hasil iklan, pengguna white hat SEO masih memikirkan untuk sharing konten yang berguna kepada para pembaca. Sedangkan pengguna black hat SEO benar-benar hanya memikirkan keuntungan sendiri.
Istilah black hat dan white hat sebenarnya bukan hanya digunakan untuk dunia internet dan digital marketing saja.
Sebenarnya, istilah ini pertama kali lahir pada tahun 1950, dimana pada masa itu warna hitam digunakan oleh penjahat-penjahat yang ingin merusak komputer dengan cara peretasan dan semacamnya. Sedangkan orang-orang baik menggunakan pakaian berwarna putih untuk mencegah para penjahat tersebut.
Istilah ini kemudian terkenal di kalangan pengguna internet, khususnya mereka yang mencari uang lewat internet. Cara "black hat" dianggap sebagai cara yang salah dan melanggar aturan, sedangkan "white hat" digunakan untuk orang-orang yang mengikuti aturan.
Dalam dunia SEO dan digital marketing, black hat juga dikenal sebagai spamdexing.
Spamdexing sebutan untuk cara menaikan ranking sebuah situs dengan cara memanipulasi search engine index. Sebagian cara dari spamdexing, seperti link building, ada yang dianggap sebagai grey hat SEO karena tidak sepenuhnya mengganggu pengguna secara langsung.
Tetapi melakukan link building secara terus-menerus hingga domain authority dan page authority situs tersebut tinggi akan membuat mereka mudah masuk ke laman pencarian pertama Google tanpa konten berkualitas.
Sehingga dalam jangka panjang, pembuat konten hanya akan berfokus pada pembuatan kualitas link situs mereka saja, bukan kualitas konten yang dibuat.
baca juga Cara Index Google Jitu dan Cepat untuk Website Anda
Hingga saat ini, masih banyak pengguna black hat SEO yang bisa Anda temui ketika sedang mencari konten apapun di Google.
Agar lebih paham mengenai cara optimasi ilegal ini, mari kita lihat apa saja contoh dari black hat SEO.
Article spinning adalah sebuah cara yang dilakukan untuk membuat konten dengan menggunakan perangkat lunak khusus. Sederhananya, artikel ini dibuat secara otomatis oleh robot dengan hanya memaksimalkan semua yang dibutuhkan untuk bisa tampil di halaman pertama Google.
Jika dilihat dari kacamata algoritma, konten ini memiliki keyword density yang pas, LSI yang sesuai, memiliki tag yang benar, dan lain sebagainya.
Tapi jika dibaca oleh manusia, kalimat-kalimatnya tidak masuk akal. Hal ini dikarenakan perangkat lunak tersebut tidak bisa membuat kalimat yang natural. Jadi walaupun situsnya masuk ke peringkat satu Google, tidak ada pembaca yang terbantu dengan isi kontennya.
Memasukan kalimat atau kata tertentu yang berhubungan dengan keyword yang dituju merupakan salah satu cara optimasi SEO yang bisa diterapkan dalam konten. Sama halnya dengan memasukan internal link untuk atau external link untuk meningkatkan DA & PA.
Tapi tidak jarang kata-kata yang ingin dimasukan tidak berhubungan dengan konten yang sedang ditulis. Sehingga mereka menyembunyikan menggunakan warna putih agar serupa dengan latar website yang juga putih.
Menurut standar dari Webmaster, cara seperti ini digolongkan cara black hat. Karena nantinya, situs tersebut bisa memiliki CPC dari kata kunci yang tidak sesuai dengan konten yang dibahas. Selain itu, situs juga bisa masuk peringkat satu dari pencarian berdasarkan kata kunci yang tidak sesuai isi konten.
Jika dijelaskan secara sederhana, negative SEO adalah cara optimasi yang dilakukan dengan melakukan hal-hal yang membuat nilai situs pesaing menjadi rendah. Sehingga situs Anda bisa bersaing dengan lebih mudah di kata kunci pencarian tertentu.
Ada banyak contoh negative SEO yang terjadi, misalnya:
Sampai saat ini, negative SEO masih banyak terjadi dan menyerang bisnis-bisnis online. Meskipun tidak secara langsung membuat pengalaman pembaca jadi berkurang, tapi cara ini tetap dianggap sebagai black hat SEO.
Sneaky redirects adalah bentuk optimisasi yang benar-benar dilarang dan tertulis dengan jelas pada situs Google Search. Sama seperti negative SEO, sneaky redirects masih banyak ditemukan baik dari situs dalam negeri maupun luar negeri.
Dengan menggunakan sneaky redirects ini, pengunjung akan dikirim ke situs yang berbeda dengan yang ditampilkan pada halaman pencarian.
Kebanyakan situs yang menggunakan sneaky redirect akan mengalami deindex alias akan dihapus dari daftar situs yang bisa muncul di laman pencarian. Tapi karena banyaknya situs yang menggunakan teknik ini, Anda pasti masih sering menemukan satu atau dua situs sneaky redirects di tiap pencarian, yang mana sangat mengganggu.
Membuat konten original yang dioptimasi dengan baik adalah salah satu teknik white hat SEO. Kebalikannya, konten yang di dalamnya terdapat unsur duplikasi dianggap sebagai konten yang rankingnya rendah di mata algoritma.
Tetapi, ada beberapa orang yang sengaja membuat konten duplikat sebanyak mungkin dari artikel tertentu yang sudah ada di ranking pertama Google.
Dengan begitu, website berisi konten duplikat tersebut kualitas konten yang sama, masuk di halaman pertama Google dengan kata kunci yang sama, dan mendapat jumlah pengunjung organik yang sama dengan konten originalnya.
Yang terakhir, ada teknik black hat SEO dengan cara keyword stuffing. Teknik ini adalah memasukan kata kunci seoptimal mungkin, tapi membuat kalimat dan konten yang ditulis menjadi tidak natural.
Kebanyakan konten yang dibuat dengan mesin article spinning seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya memiliki keyword stuffing yang sangat parah. Di mata algoritma, jumlah keyword density-nya memang optimal, namun kalimatnya jadi tidak bisa dibaca sama sekali.
Bagi sebagian orang, black hat SEO mungkin menjadi cara mudah agar bisa naik rangking di pencarian Google tanpa harus melakukan optimasi konten dan situs bertahun-tahun. Tetapi, Google bisa saja menghapus situs yang terbukti menggunakan teknik SEO yang menyalahi aturan dari pedoman Google Webmaster atau Google Search Console.
It’s Time to Unlock Your Brand Potential