Dalam penyusunan sebuah brand, ada istilah yang disebut Brand Archetype. Ini adalah sebuah islitah untuk membantu pebisnis menentukan bagaimana personality brandnya akan dibentuk.
Istilah brand archetype sendiri diadaptasi dari kata archetype yang diciptakan oleh Carl Jung. Jung telah membagi menjadi 12 karakter yang dimiliki oleh manusia secara detail.
Semua karakter ini bisa dipilih oleh brand untuk menentukan brand archetype-nya sendiri.
Namun, sebelum memutuskan untuk memilih brand archetype, Anda perlu tahu bahwa dalam membentuk brand archetype tidak bisa memilih banyak karakter sekaligus. Anda hanya perlu memilih satu archetype untuk tampil dominan.
Dari satu jenis brand archetype ini, jika dikembangkan dengan benar akan sangat membantu Anda dalam menentukan brand identity, membangun relasi bisnis, memperkuat brand, dan meningkatkan penjualan.
Nah, sebelum lanjut ke masing-masing brand archetype, yuk cari tahu pengertian tentang brand archetype itu.
Brand archetype secara sederhana adalah sekumpulan sifat yang menjelaskan secara detail tentang karakter sebuah brand.
Brand archetype sendiri terdiri dari 12 macam dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Nama archetype sendiri muncul untuk mendeskripsikan kecenderungan manusia ketika memahami suatu hal dengan memanfaatkan simbol-simbol yang menyertainya.
12 archetype sendiri berisikan ciri khas atau identitas yang dibangun dengan sangat kuat.
Istilah archetype kemudian diadaptasi ke dalam berbagai macam cabang ilmu, baik itu film, lukisan, buku, dan tidak terkecuali brand.
Brand yang mampu menunjukan cara promosi sejalan dengan brand archetype nya akan lebih mudah mendapatkan pelanggan.
Faktanya, orang-orang cenderung nyaman ketika berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki kepribadian sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Seperti orang yang cenderung urakan, akan lebih mudah terkoneksi ke orang urakan yang lainnya. Begitu juga orang yang kalem, akan mudah terkoneksi dengan orang kalem lainnya.
Melalui brand Archetype ini perusahaan dapat menampilkan visualisasi merek, value, dan pesan yang akan disampaikan.
Dari situ, konsumen akan lebih mengenal siapa perusahaan dan apa produk atau jasa yang ditawarkan.
Jadi bisa dibilang, brand archetype ini adalah salah satu jembatan dari branding ke marketing.
Archetype itu pada dasarnya bekerja dengan sesuatu yang dekat dengan Anda secara naluri alam bawah sadar. Seperti nilai sosial, nilai-nilai budaya, mitos dan kedekatan pola pikir seorang individu terhadap sesuatu hal.
Sesuatu yang dekat dengan Anda ini, akan membantu untuk mengenali diri Anda sendiri. Seperti apa Anda sebenarnya, apa yang Anda suka, Apa tujuan hidup Anda dan hal-hal yang berkaitan dengan personaliti lain.
Selain itu, Anda juga bisa memilih partner yang cocok dengan Anda karena sudah tau kepribadian diri Anda sendiri.
Katika hal ini diterapkan dalam sebuah brand, maka brand akan lebih mudah dalam menentukan strategi-strategi tertentu karena sudah tau secara sadar tentang jati dirinya dan apa yang menjadi visi misinya.
Dengan brand archetype pula, Ada akan lebih paham siapa audiens yang cocok untuk Anda. Jadi, masalah target market bisa diselesaikan dengan baik.
Ketika strategi yang pas disatukan dengan target market yang jelas, maka akan tercipta harmonisasi dalam bisnis. Bisnis akan terus bertumbuh seiring berjalannya waktu.
Perusahaan yang berkarakter itu akan mudah dikenali. Ketika brand sudah dikenali, tentu banyak manfaat yang bisa diperoleh. Tapi masalahnya, tidak semua brand bisa mengenali siapa diri mereka.
Akhirnya, banyak yang salah strategi kemudian pergi meninggalkan kegiatan bisnis atau tersingkirkan dari pasar.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memiliki brand archetype. Selain untuk menentukan identitas sebuah brand, brand archetype diperlukan juga agar tidak terjadi salah persepsi antara konsumen dengan brand.
Tipe brand archetype yang pertama adalah the innocent atau polos. The innocent ini Merupakan gabungan dari sincerity and excitement .
Jadi, perusahaan yang mengambil tipe ini biasanya cenderung membawa vibes bahagia, tulus, muda, sederhana, dan sangat fokus terhadap hal-hal untuk kebaikan.
Biasanya, brand tipe ini akan selalu menekankan nilai-nilai positif dan berkeinginan untuk selalu menebar kebaikan di lingkungan sekitarnya. Baik itu sesama karyawan atau lingkungan di sekitar brand berdiri.
Hal-hal semacam appreciation, reward, dan sejenisnya sering diadakan hanya untuk menciptakan ruang kerja yang baik untuk karyawan.
Beberapa brand yang mengambil karakter innocent ialah merekayang bergerak di industri skincare.
Kalau ada perusahaan yang memberi kesan “easygoing” kepada semuang pelanggannya (regular guy), maka ini adalah karakter utama the regularly guy/everyman.
Dengan kombinasi dari sifat sincerity dan competence. Tipe regular guy akan sangat dekat dengan pelanggan, terutama yang target marketnya adalah orang-orang menengah kebawah.
Mereka tidak akan merasa keberatan jika nama brand tidak terlalu familiar bagi kalangan atas, fokus mereka adalah menjadi sedekat mungkin dengan target market.
Semboyan utama yang perusahaan tipe ini adalah memberi solusi untuk mempermudah pekerjaan orang-orang biasa.
Contoh brand dengan karakter ini adalah: IKEA
Seperti namanya, the hero adalah sebuah karakter brand yang selalu ingin membantu menyelesaikan setiap permasalahan pelanggan dengan service yang mereka berikan.
Berisi gabungan antara sifat competence and ruggedness. Tipe ini sukses tampil sebagai perusahaan berkarakter kuat, tangguh, suka bekerja keras, dan bisa diandalkan.
Bran dengan tipe hero selalu ingin menyelesaikan masalah dengan cara yang efisien. Fokus mereka adalah membuat pelanggan merasa puas dengan pelayanan, produk, dan brand mereka sendiri. Jadi, pelanggan bisa berpikir “worth id” jika belanja di brand tersebut.
Biasanya, tipe hero akan mengapresiasi setiap pelanggan yang datang dan selalu berusaha mengajak mereka agar memiliki karakter yang sama dengan brand.
Tapi, ketika Anda memilih menggunakan karakter hero, maka Anda harus menghindari kegiatan promosi yang lucu dan bertele-tele. Pelanggan hero itu suka dengan hal-hal yang to the point dan membuat mereka bangga karena menggunakan produk brand Anda.
Contoh brand dengan tipe hero adalah: Nike, Adidas, dan BMW.
Karakter keempat dari brand archetype adalah the outlaw atau the rebel. Tipe ini bisa dibilang dengan tipe pemberontak. Memiliki sifat gabungan dari excitement and ruggedness, outlaw selalu ingin out of the box.
Mereka tidak mau mengikuti mode-mode yang konvensional, sehingga beberapa produk atau layanan mereka cenderung lebih “berani”.
Fokus utama dari karakter ini adalah meyakinkan pelanggan untuk bisa tampil berani dan mendobrak batasan-batasan. Mereka menawarkan revolusi bagi pelanggan.
Ciri khas pelanggan outlaw adalah mereka yang tidak menyukai barang-barang yang sama atau dipakai orang lain.
Mereka ingin menjadi pemilik satu-satunya. Cara-cara promosi yang unik, berani, bebas, dan mengejutkan sangat mereka sukai.
Beberapa brand dengan tipe ini adalah: Harley Davidson dan Diesel.
Tipe brand archetypes yang cukup unik adalah explorer atau penjelajah. Sesuai namanya, brand tipe ini sangat menyukai hal-hal yang menantang.
Memiliki sifat ruggedness and competence, the explorer berfokus untuk membantu menemukan jati diri seseorang lewat brand mereka.
Kebanyakan brand yang mengadaptasi karakter ini adalah brand dengan produk aktivitas ruangan. Mereka mengajak pelanggan untuk menemukan jati diri dengan berjelajah bersama.
Pelanggan the explorer sangat menyukai hal-hal yang menyenangkan.
Promosi-promosi yang melibatkan unsur alam, adventure, dan keseruan sangat mereka sukai.
Brand yang menggunakan karakter ini adalah: Eiger, Red Bull, dan Jeep.
The creator adalah karakter brand yang sangat erat dengan unsur-unsur kreativitas, kepandaian, indovasi, dan artistik. Mereka memiliki sifat gabungan dari excitement and competence.
Ciri khas produk-produk dari perusahaan dengan karakter ini biasanya adalah yang memiliki nilai estetika namun tetap tahan lama.
Fokus utama ini adalah menciptakan produk yang original dan mengajak pelanggan untuk bisa berkreasi dan berimajinasi bersama produk mereka.
Tipe pelanggan creator juga biasanya memiliki sifat keingintahuan yang tinggi dan menyukai hal-hal out of the box.
Jadi untuk menjaring pelanggan, tipe the creator harus selalu membuat promosi yang kreatif.
Brand dengan tipe ini adalah Adobe dan Lego.
The ruler adalah karakteristik brand yang sangat dekat dengan unsur maskulin. Brand tipe ini biasanya suka mengontrol dan sangat menekankan pada kekuatan.
Mereka tidak menyukai hal-hal berbau kegagalan dan kelemahan. Makanya, target market dari the ruler adalah laki-laki.
Fokus utama dari brand dengan tipe ruler adalah membuat pelanggan merasa kuat tak terkalahkan dan percaya diri. Mereka ingin menanamkan kebanggan di benak pelanggan ketika menggunakan produk mereka.
Dari karakter ini, tentu akan menargetkan pelanggan yang suka terlihat kuat, keren, cool, dan percaya diri.
Pelanggan tipe ini sangat tidak menyukai hal-hal yang bisa membuat mereka merasa rendah.
Brand yang mengadaptasi tipe ruler salah satunya adalah Mercedes-Benz.
Kalau Anda menyukai hal-hal berbau kejutan, maka tipe the magician ini adalah solusinya. Brand dengan karakter magician sangat senang membuat kejutan dan menciptakan rasa kagum pelanggan.
Mereka sangat suka menciptakan pengalaman menyenangkan.
Pelanggan the magician akan dimanjakan dengan hal-hal atraktif. Maka tidak heran jika mereka juga memiliki sifat-sifat yang mirip dengan brand the megician.
Biasanya, mereka memiliki sifat yang imaginatif, penuh kejutan, suka bersenang-senang, namun tetap optimis dan punya visi misi ke depan yang jelas
Brand dengan tipe ini salah satunya adalah Disney.
Brand dengan karakter the lover sering disebut dengan brand yang eksklusif. Mereka memang memiliki ciri khas untuk selalu menjadi yang “diinginkan”.
Tapi, barang-barang yang mereka jual sangat segmented dengan target market yang spesifik pula.
Fokus mereka adalah membuat orang yang menggunakan produk tersebut merasa berharga dan patut dicintai. Karakter ini merupakan gabungan dari sifat sophisticated dan sincerity.
Pelanggan tipe lover adalah mereka yang menyukai hal-hal yang estetik, cantik, dan terlihat mahal. Mereka juga sangat menyukai promosi yang menampilkan model elegan lengkap dengan detail dari produk.
Brand dengan karakter ini adalah: Chanel, Dior, Victoria Secret, dan Céline.
Jika anda pernah bertemu dengan brand yang selalu peduli dengan Anda, maka ini adalah salah satu contoh dari brand dengan karakter the Caregiver.
Memiliki gabungan dari sifat sincerity dan competence, caregiver selalu ingin menciptakan rasa aman bagi pelanggan.
Fokus utama brand the caregiver adalah membuat pelanggan merasa aman dan nyaman saat berbelanja maupun menggunakan produk atau jasa mereka.
Brand dengan karakter ini biasanya akan selalu care dengan pelanggannya. Apapun yang mereka beli, semuanya terjamin keamanannya.
Pelanggan tipe ini biasanya adalah yang tidak suka hal-hal agresif. Mereka menyukai hal-hal yang berbau kenyamanan, kedamaian, dan rasa aman.
Biasanya, banyak brand caregiver berasal dari NGO yang memang memiliki misi untuk memberi dan melindungi sesama manusia.
Contoh brand dengan ini adalah UNICEF.
Sesuai dengan namanya, the jester adalah brand yang sangat suka hal-hal humoris. Mereka suka menciptakan kebahagiaan dengan membuat candaan dan gurauan untuk menarik hati pelanggan.
Brand image yang bentuk oleh perusahaan dengan tipe jaster adalah brand yang bersahabat dan menyenangkan. Biasanya, mereka menggunakan bahasa-bahasa santai untuk menyampaikan pesan.
Meskipun penuh candaan, jester adalah brand yang cerdas.
Produk atau jasa yang mereka hasilkan tergolong berkualitas dan sangat dekat dengan ilmu pengetahuan.
Tapi, pengemasannya saja yang sedikit berbeda. Jadi pelanggan akan lebih nyaman berinteraksi dengan mereka.
Brand dengan tipe the jaser akan sangat disenangi pelanggan. Terkadang, mereka tidak terlihat seperti penjual dan pembeli, melainkan terlihat seperti teman satu tongkrongan.
Contoh brand yang membawa tipe jaser adalah Mojok, M&M, dan Ben & Jerry's.
Brand dengan karakter sage adalah mereka yang dianggap paling berpengalaman. Sifat-sifat seperti kerja keras, bijaksana, jujur, dan terbuka adalah ciri khas mereka.
Mereka percaya bahwa hasil terbaik adalah buah dari kerja keras.
Fokus utama dari brand dengan karakter sage adalah menunjukan bahwa dia adalah yang paling berpengalaman dan dapat dipercaya.
Mereka akan menunjukan sikap bijaksana dan kecerdasan mereka kepada untuk meyakinkan pelanggan.
Pelanggan tipe the sage adalah mereka yang well educated dan cerdas. Mereka sangat menyukai hal-hal yang menguji kecerdasan dan membuat mereka tampak lebih bijaksana dan pandai.
Oleh karena itu,brand dengan karakter sage perlu menyiapkan materi promosi yang sedikit rumit dengan ata-kata berkelas untuk dapat menarik pelanggannya.
Contoh brand dengan karakter ini biasanya yang dekat dengan ilmu pengetahuan seperti, National Geographic, Google, Yahoo dan TED.
Baca juga: Semua Pebisnis Wajib Tau! Cara Meningkatkan Brand Awareness
12 jenis brand archetype memiliki ciri yang berbeda dan sangat spesifik. Setiap brand perlu menegaskan posisinya di mana, dan brand tipe apa yang akan mereka bawa.
Hal ini akan sangat berpengaruh pada semua strategi banding dan strategi marketing kedepannya.
Brand yang tidak bisa menentukan posisinya akan mempunyai kesan “kurang berkarakter”. Hal ini disebabkan karena posisinya yang tanggung. Untuk itu, penting untuk memilih salah satu dari keduabelas brand archetype. Tapi pertanyaannya adalah,
“Bagaimana cara memilih brand archetype yang tepat”
Dibawah ini akan dibahas strategi untuk memilih archetype yang sesuai dengan brand Anda. Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Banyak yang masih sering bingung antara brand story dan brand archetype. Kadang, orang masing menyamakan definisi dari keduanya. Padahal baik brand story maupun archetype adalah hal yang berbeda meskipun tetap saling berkaitan.
Ketika sebuah perusahaan ingin menentukan brand archetype nya maka yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu adalah brand story.
Kalau dilihat dari definisinya, brand story adalah narasi yang dibuat oleh sebuah brand untuk menguatkan identitasnya.
Narasi ini bisa berupa cara penyampaian, storytelling, tone of voice dan hal-hal yang menunjukkan nilai suatu brand.
Simpelnya, brad story itu adalah sebuah brand akan dibawakan. Karakter apa yang ingin mereka tampilkan ke calon konsumen.
Brand story sendiri berisikan alasan Anda mendirikan perusahaan, apa fokus yang akan dilakukan, siapa yang akan Anda bantu, dan bagaimana cara Anda untuk membantu.
Setelah semua itu clear, maka Anda selangkah lebih maju untuk dapat menentukan brand archetype yang tepat.
Ketika Anda sudah memiliki brand story yang tersusun rapi dan akurat, langkah selanjutnya adalah menyusun goals. Dengan mendirikan perusahaan ini, apa goals yang akan Anda capai.
Buat goals dalam jangka waktu pendek, menengah, dan panjang. Sertakan pula alasan yang kuat kenapa Anda menginginkan goals tersebut.
Goals ini nantinya akan menjadi pemantik dan pelengkap analisa dalam menentukan sebuah archetype. Ketika menentukan goals, Anda juga perlu memilih target audiens yang lebih spesifik.
Setelah kedua hal baik goals dan brand story sudah tercatat dengan tepat, Anda akan tiba di step akhir yaitu menganalisa kedua hal tersebut. Gabungkan apa yang Anda temukan di brand story dan apa yang menjadi goals Anda.
Dari situ Anda akan menemukan seperti apa karakter brand yang sedang Anda bangun.
Sebuah archetype itu berasal dari dalam diri brand itu sendiri. Jadi, sebenarnya secara tidak langsung Anda sudah mengetahui apa karakternya. Hanya saja, harus diperjelas lagi kedudukannya.
Setelah menentukan brand Archetype yang tepat, Anda bisa melakukan strategi branding dan strategi marketing dengan lebih optimal. Hal-hal seperti brand style guide dan brand identity dapat Anda sesuaikan dengan archetype yang Anda pilih. Dengan begitu, pelanggan akan semakin mengenal brand Anda karena kuatnya karakter yang dibangunnya.
Baca juga: Step by Step Membangun Branding Perusahaan
Nama archetype pertama dikenalkan oleh seorang ahli psikolog bernama Carl Jung untuk mendefinisikan karakter-karakter yang dimiliki oleh manusia. Namun, seiring berjalannya waktu konsep archetype diadopsi oleh berbagai macam aspek karena dinilai relate dan penting. Brand adalah salah satu yang mengambil konsep archetype dan menyusunnya sebagai “brand archetype”.
Jadi, brand archetype adalah sekumpulan sifat yang berisi definisi lengkap dari karakter yang totalnya ada 12 macam. Semua karakter ini menunjukkan fokus dan ciri khas yang berbeda. Penyampaian bahasa dan storytellingnya pun juga memiliki perbedaan yang signifikan.
Brand archetype ini menjadi salah satu kunci sukses sebuah perusahaan di masa depan. Dengan menerapkan brand archetype, brand akan bisa menentukan strategi dengan lebih tepat. Target market nya pun juga akan semakin jelas.
Oleh karena itu, brand harus memilih dan menentukan sedini mungkin, archetype mana yang akan mereka gunakan selama membawakan brand tersebut. Memang, brand archetype bisa diubah ketika rebranding, tapi hal ini akan menimbulkan masalah cukup rumit. Membongkar brand archetype yang sudah terbentuk sama saja dengan kembali ke titik nol.
Untuk bisa memilih brand archetype yang tepat, sebuah brand bisa menggunakan dua cara yaitu membentuk brand story dan menentukan goals. Setelah dua hal tersebut jelas, maka Anda akan lebih mudah dalam menentukan archetype yang cocok.
Setelah menentukan brand archetype, Anda butuh optimasi channel seperti social media dan website untuk memperkenalkannya. Dalam hal ini Anda bisa menghubungi Grow & Bless untuk mendapatkan tips dan strategi yang jitu.
It’s Time to Unlock Your Brand Potential